Mata uang Asia mencatat pergerakan bervariasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat, 29 November 2024. Berdasarkan data Refinitiv, Yen Jepang menjadi bintang utama dengan penguatan signifikan sebesar 3,04%, mencapai level tertinggi dalam enam minggu terakhir. Sebaliknya, Rupee India mengalami tekanan, mencatat pelemahan sebesar 0,07%.
Dilansir dari Reuters penguatan Yen dipicu oleh data inflasi Tokyo yang melampaui ekspektasi pasar. Indeks harga konsumen inti (CPI) Tokyo naik 2,2% secara tahunan pada November, melebihi prediksi 2,1%. Angka ini memicu spekulasi bahwa Bank of Japan (BoJ) akan menaikkan suku bunga bulan depan, memanfaatkan momentum tekanan inflasi yang terus meningkat. “Yen saat ini menjadi momentum trade terbaru, terutama di tengah volume perdagangan yang tipis akibat libur Thanksgiving di AS,” ujar Matt Simpson, analis pasar senior di City Index .
Di sisi lain, Rupiah Indonesia mencatat penguatan sebesar 0,18% ke level Rp15.845/US$. Tren ini sejalan dengan pelemahan indeks dolar AS (DXY), yang turun ke level 105,74 akibat data ekonomi AS yang kurang memuaskan dan ekspektasi melambatnya pengetatan kebijakan moneter The Fed. Selama pekan ini, Rupiah telah menguat 0,75%, didukung oleh stabilitas makroekonomi domestik dan meredanya ketegangan geopolitik global, termasuk gencatan senjata dalam konflik Israel-Hizbullah .
Mata uang lainnya seperti Peso Filipina (+0,48%), Ringgit Malaysia (+0,56%), dan Won Korea (+0,44%) juga bergerak positif, mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi kawasan. Sementara itu, Yuan China hanya naik tipis 0,04%, menghadapi tekanan dari perlambatan ekonomi domestik yang masih menjadi tantangan bagi pemerintah Tiongkok .
Fokus pasar kini tertuju pada langkah The Fed dan bank sentral kawasan lainnya. Dengan ekspektasi suku bunga AS yang mendekati tingkat netral, langkah kebijakan di Asia akan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas mata uang regional. Di sisi domestik, Bank Indonesia (BI) juga mengisyaratkan kebijakan yang proaktif pada 2025 untuk memperkuat nilai tukar rupiah dan mendukung transformasi ekonomi nasional menuju Indonesia Emas 2045 .
Adapun Rupee India tetap tertekan di level 84,46 per dolar AS, dengan campur tangan Reserve Bank of India (RBI) yang mencoba menjaga mata uangnya dari pelemahan lebih lanjut. RBI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga minggu depan, seiring tekanan dari permintaan dolar oleh bank asing dan importir .
Pergerakan campuran ini mencerminkan tantangan global yang dinamis, mulai dari inflasi, kebijakan moneter, hingga ketegangan geopolitik.