Setelah sukses menguji jalan (road test) B40 dengan hasil yang menjanjikan, pemerintah mulai menyiapkan langkah berikutnya dalam program energi terbarukan berbasis biodiesel, yakni B50. Deputi II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dida Gardera menyampaikan uji coba teknis B50 direncanakan akan dimulai pada tahun 2025 mendatang.
“Penyiapan B40 sudah bisa dibilang final. Hasil eksplorasi sisi teknikal juga uji jalan B40, road test-nya sudah bisa menempuh 40-50 ribu kilometer, berarti kita bisa terbilang relatif aman untuk kendaraan. Tentu untuk B50 atau sampai nanti B100, itu perlu kajian teknis, dan juga analisis dari sisi keuangannya,” kata Dida dalam Seminar Rumah Sawit Indonesia di Jakarta, Senin (18/11/2024).
Dida mengatakan, proses uji coba B50 akan berjalan paralel dengan implementasi B40 yang saat ini tengah difinalisasi. Pemerintah terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk prinsipal kendaraan dan produsen bahan bakar nabati (BBN), untuk memastikan kesiapan teknis dan infrastruktur pendukung.
“Kalau secara parsial, kajian untuk B50 sebenarnya sudah dimulai. Tapi seperti halnya B40, sebelum (diimplementasikan) nanti akan ada uji coba lebih intensif, termasuk test drive yang melibatkan berbagai jenis kendaraan. Rencananya, uji jalan B50 bisa dimulai secepatnya pada 2025,” ungkapnya.
Dia pun menyebut pemerintah saat ini telah memiliki roadmap untuk meningkatkan kadar biodiesel secara bertahap, mulai dari B40 hingga B100. Kata Dida, implementasi penuh B50 kemungkinan dilakukan pada 2027-2028, tergantung hasil uji coba dan kesiapan semua aspek, termasuk mesin kendaraan dan pendanaan.
“Roadmap sudah ada. Kalau semuanya sudah siap, mungkin (implementasi B50) bisa dimulai sekitar 2027-2028 gitu ya. Tapi intinya kan ini tahun depan kita udah mulai uji coba B50 itu, kalau segala macamnya tidak bermasalah, maka tidak menutup kemungkinan bisa dipercepat,” jelasnya.
Kendati demikian, Dida tak menampik tantangan yang mungkin dihadapi sebelum mengimplementasikan B50 ke depannya. Di mana jika berkaca dengan tahapan sebelumnya, yakni B35 dan B40 yang juga menghadapi tantangan teknis dan operasional, seperti ketersediaan bahan baku, kesiapan mesin kendaraan, serta investasi infrastruktur. Untuk itu, pemerintah akan memastikan penerapan ini melibatkan berbagai pihak terkait untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan.
“Sama kayak B40 ini, dulu kan mau B40 juga (ada kendala), dari sisi mesinnya segala macam akhirnya B35. Sekarang juga sama nih B40, nanti kita uji coba juga. Tapi kan pasti harus melalui road test melibatkan beberapa mobil, segala macam gitu kan,” ucap dia.
Lebih lanjut, Dida menjelaskan kebijakan biodiesel berbasis kelapa sawit merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan mendukung transisi energi terbarukan. Dengan roadmap yang sudah terencana, pemerintah optimis langkah menuju implementasi B50 akan semakin memperkuat kontribusi Indonesia dalam upaya melawan perubahan iklim (climate change).
“Pelaksanaan Program Biodiesel ini tidak hanya terbatas untuk kedaulatan energi Nasional, tetapi program tersebut juga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap stabilisasi harga CPO, mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK), dan mengurangi defisit neraca perdagangan melalui pengurangan impor bahan bakar,” katanya.