Di tengah euforia politik yang selalu berubah, tahun 2024 menjadi saksi penting kembalinya Indonesia di bawah kendali seorang presiden terpilih berlatar belakang militer, Prabowo Subianto. Hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) di Pemilu 2024 menandai titik balik, Indonesia kembali memercayakan kendali kepada sosok yang datang dari barisan TNI.
Sebuah fenomena yang mengingatkan kita pada jejak panjang presiden sebelumnya, khususnya Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tak sekadar soal latar belakang, kembalinya presiden militer ini membuka kembali perbincangan tentang peran militer dalam politik negeri ini.
Pasal 10 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menetapkan, Presiden Indonesia sebagai kepala negara juga merupakan pemegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Artinya, Presiden adalah Panglima Tertinggi TNI, berwenang penuh atas angkatan militer RI.
Kilas balik ke era Soeharto, sosok Jenderal TNI AD yang memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade, masa pemerintahannya dikenal dengan stabilitas politik yang kuat meski dibalut sentimen otoritarianisme. Di masa Orde Baru, Soeharto menggantikan Soekarno pada 1967, meletakkan fondasi pertumbuhan ekonomi, sekaligus mengendalikan politik dengan tangan besi. Kehadiran militer di kursi presiden saat itu memberikan rasa aman dalam ketertiban, meski di sisi lain muncul suara-suara protes yang tertahan.
Setelah lengsernya Soeharto, Indonesia mulai mengenal presiden-presiden dengan latar belakang sipil. B.J. Habibie, teknokrat cemerlang dengan karier di bidang teknologi dan penerbangan, menggantikan Soeharto di masa transisi penuh gejolak. Dengan segala keterbatasannya, ia memimpin selama 17 bulan, menjadi jembatan dari era Orde Baru ke demokrasi yang lebih terbuka. Setelahnya, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur hadir membawa semangat pluralisme dan toleransi, meski masa jabatannya singkat, hanya dua tahun.
Pada 2001, Megawati Soekarnoputri melanjutkan tongkat estafet. Putri Soekarno ini menghadapi tantangan ekonomi dan politik yang tak mudah, namun berhasil membawa Indonesia melewati masa-masa sulit dengan reformasi di berbagai sektor, termasuk pembentukan KPK.
Dengan latar belakang sipil dan kedekatannya pada warisan politik Soekarno, Megawati hadir sebagai representasi kekuatan sipil yang ingin kembali menguatkan peran rakyat
Namun, gelombang perubahan terjadi lagi pada tahun 2004 dengan terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono, seorang Jenderal TNI yang telah pensiun. SBY berhasil memenangkan hati rakyat melalui kampanye yang menonjolkan pengalaman militer dan visi untuk memimpin negara dengan disiplin. Dua periode pemerintahannya banyak diisi dengan program stabilitas keamanan dan reformasi ekonomi yang menegaskan perannya sebagai pemimpin militer yang berhasil berdialog dengan demokrasi.
Selepas SBY, Indonesia merasakan sentuhan kepemimpinan sipil yang berbeda di era Joko Widodo, seorang pengusaha dan mantan wali kota yang jauh dari lingkaran militer. Jokowi mengusung pendekatan pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas hidup, menciptakan gaya kepemimpinan yang lebih membumi. Ia berusaha membawa Indonesia lebih kompetitif melalui berbagai program, mulai dari Kartu Indonesia Pintar hingga pembangunan infrastruktur besar-besaran.
Namun, dengan terpilihnya Prabowo Subianto pada tahun 2024, Indonesia sekali lagi mempercayakan kendali kepada seorang yang berasal dari kalangan militer.
Prabowo, dengan pengalaman sebagai Komandan Kopassus dan Panglima Kostrad, datang dengan janji untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negara di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks. Momen ini seakan membawa kembali ingatan tentang masa-masa di mana militer memegang peran dominan dalam politik.
Kembalinya kepemimpinan militer ini mengundang pertanyaan besar: Apakah kita akan kembali pada stabilitas yang ditawarkan oleh Soeharto atau adaptasi militer terhadap demokrasi seperti SBY?
Perjalanan kepemimpinan Indonesia selalu diwarnai oleh tarik menarik antara pengaruh sipil dan militer. Di satu sisi, pengalaman militer dianggap memberikan ketegasan dan ketahanan di masa krisis. Di sisi lain, aspirasi demokrasi yang diusung para pemimpin sipil tetap menjadi nilai penting yang terus dicari rakyat Indonesia.
Presiden terpilih Prabowo Subianto kini berada di persimpangan tersebut, membawa harapan sekaligus tantangan dalam mengarungi masa depan Indonesia.