Menjelang pergantian tahun kabar buruk menyelimuti sektor bisnis global. Akibat lemahnya mentalitas para pegawai yang suka korupsi, perusahaan terbesar di dunia yang beroperasi di Indonesia resmi dinyatakan bangkrut setelah dua abad berdiri.
Demikian catatan kelam yang menimpa Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Kongsi Dagang Hindia Timur di detik-detik pergantian tahun 1799.
Sebagai wawasan, VOC merupakan perusahaan dagang yang didirikan Kerajaan Belanda sebagai alat mengeksploitasi bumi Indonesia. Mereka dengan mudah mengeruk kekayaan rempah di Tanah Air untuk dijual tinggi di Eropa.
Perlahan, mereka juga bergerak seperti negara yang mudah mencetak uang sendiri, mendirikan angkatan perang, hingga membuat hubungan diplomatik. Semua itu jelas membuat VOC makin berjaya.
Tak heran, sejak berdiri pada 20 Maret 1602, VOC menjadi perusahaan tersukses dan terbesar di dunia. Berbagai literatur masa kini menyebut nilai valuasi VOC sebesar US$8,2 triliun. Ini melebihi nilai gabungan berbagai perusahaan modern, seperti Microsoft, Apple, Facebook, dan sebagainya.
Meski begitu, pendapat demikian sempat dibantah oleh Lodewijk Petram. Penulis buku The World’s First Stock Exchange (2014) ini mengatakan, nilai VOC tak sebesar itu dan hanya US$ 1 Miliar, sekalipun dia juga tak menampik kalau itu nilai sangat besar pada masanya.
Sayang, akselerasi kejayaan VOC harus mengalami kemunduran pada dekade kedua abad ke-18. Sejarawan Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (2009) menulis, kemunduran terjadi akibat buruknya tata kelola keuangan di tubuh VOC.
Sejak tahun 1700-an, VOC melakukan ekspansi wilayah lewat berbagai perang. Lalu, ketika perang usai, mereka juga harus membuat kantor perwakilan dengan tujuan pengawasan. Semua ini jelas mengeluarkan uang banyak. Masalahnya, uang tersebut jadi ladang korupsi para pegawai, baik itu orang Belanda atau pribumi, di daerah.
Sejarawan C.R Boxer dalam Jan Kompeni (1983) menyebut, Masalah korupsi juga terjadi ketika mereka menyetor uang ke kas perusahaan. Lazimnya, mereka menyunat uang untuk dialihkan ke kantong pribadi.