Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menduga kelas menengah di Indonesia tidak mengalami penurunan ke kelas ekonomi yang lebih rendah. Dia menduga penurunan proporsi kelas menengah belakangan ini terjadi karena mereka berganti pekerjaan ke sektor informal. Karena peralihan pekerjaan inilah, Suharso menduga mereka menjadi tidak terdata ke data-data perekonomian.
“Kenapa turun kan pertanyaannya, kalau kita lihat tingkat pengangguran terbuka justru turun,” kata Suharso ditemui di Kementerian PANRB, dikutip Rabu, (31/7/2024).
Suharso memilih menggunakan istilah self-employee untuk para pekerja yang beralih dari sektor informal ini. Dia menyebut peralihan ini marak terjadi selama pandemi Covid-19, ketika perusahaan banyak menerapkan kebijakan bekerja dari rumah.
Menurutnya, para pekerja ini kemudian memilih untuk melanjutkan pola bekerja dari rumah itu dengan keluar dari perusahaannya. Mereka kemudian memilih pekerjaan yang lebih fleksibel, seperti menjadi desainer grafis lepas yang bekerja untuk perusahaan-perusahaan di luar negeri.
“Saya kasih contoh, banyak anak-anak Indonesia sekarang misalnya mendapatkan pekerjaan membuat gambar dari perusahaan besar di luar negeri, seperti di Amerika,” kata dia.
“Mereka ini kemudian keluar dari perusahaan-perusahaan kita, nah ini kita belum punya data soal migrasi ini,” kata dia melanjutkan.
Sebelumnya, sejumlah ekonom mencatat terjadi penurunan proporsi kelas menengah di Indonesia setelah pandemi Covid-19. Menurut data dari Bank Mandiri, proporsi kelas menengah RI pada 2019 masih mencapai 21% dari populasi. Namun, jumlah itu merosot pada 2023 menjadi 17%.
Sejalan dengan penurunan jumlah kelas menengah, masyarakat yang masuk kelompok aspiring middle class (AMC) atau calon kelas menengah naik. Begitupun proporsi kelas rentan juga ikut naik. Pergeseran ini diduga terjadi karena banyak warga kelas menengah yang jatuh miskin karena berbagai dinamika yang terjadi selama pandemi Covid-19.
Sebaliknya, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia Telisa Aulia Falianty menilai peralihan sektor pekerja ini justru yang menyebabkan daya beli masyarakat menengah turun. “Daya beli yang tergerus juga berhubungan dengan struktur tenaga kerja yang didominasi sektor informal,” kata Telisa.
Berdasarkan data Sakernas Februari 2024, jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia mencapai 142,18 juta orang. Dari jumlah itu, mereka yang menjadi pekerja penuh mencapai 93,27 orang.
Sementara, mereka yang bekerja paruh waktu sebanyak 36,80 juta atau turun 0,08 juta dibandingkan Februari 2023. Namun, mereka yang masuk kategori setengah pengangguran tercatat melonjak hingga 12,11 juta orang atau naik 2,52 juta penduduk.
“Jumlah setengah pengangguran yaitu orang yang bekerja di bawah 35 jam per minggu lebih besar dan jumlahnya terus meningkat yakni mencapai 12,11 juta orang dari periode sebelumnya,” kata Telisa.