Direktur Utama Waskita Karya Muhammad Hanugroho mengungkap prioritas investasi di masa depan yang tidak lagi membebani keuangan perusahaan. Dia mengatakan dalam 10 tahun terakhir ini investasi 18 jalan tol senilai lebih dari Rp 170 triliun didapatkan dari pendanaan korporasi, secara comersial base, baik itu ekuitas perusahaan, utang bank, dan juga obligasi.
Hambatannya, selama ini perusahaan membangun jalan tol dengan skema turnkey yang dirasakan membebani keuangan perusahaan. Pasalnya, skema ini mengharuskan perusahaan membangun sambil mencari pendanaan, sehingga sering terjadi mismatch.
“Karena di WSKT, hampir semua jalan tol melalui BUJT, di anak usaha, BUJT-BUJT ini sebagai pemilik dan ini konsep yang kita lakukan selama 10 tahun. Dengan skema ini memang bisa dilakukan percepatan, tapi modal kerja menggunakan kapasitas induk,” ungkap OHO kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (25/9/2024).
Setelah Turnkey selesai 100% baru dibayar pemberi kerja dan di sinilah yang kerap kali terjadi mismatch, sehingga harus diperbaiki dan tidak memberatkan WSKT secara keseluruhan. Ke depan, yang menjadi perhatian utama Waskita adalah menyelesaikan outstanding dari beberapa proyek dengan tagihan bernilai besar.
“Tagihan secara keseluruhan angka hampir Rp 22 triliun dan ada tagihan internal dan eksternal, dan ini masih jadi masalah bertumpuk, sehingga menjadi domino efek terhadap perusahaan. Oleh karena itu, saat ini dilakukan berbagai usaha agar domino efek ini tidak makin berkepanjangan,” tegas Hanugroho.
Dia mengatakan kombinasi pembayaran turnkey dan BUJT yang belum ada finansial close memberatkan Waskita Karya pada masa pembangunan investasi jalan tol tersebut. Apalagi pendanaan paling banyak dengan dana korporasi, hal ini membuat interest baring gate Waskita berada pada kondisi tertinggi pada 2019, menjadi Rp 70 triliun, naik 6 kali lipat dari 2016.
Hal ini pun membuat biaya beban membengkak dan 2020 harus bayar bunga Rp 4,8 triliun naik empat kali lipat dari 2017.
“Ini menunjukkan tren tidak sehat dan karena tidak sehat, saya sampaikan capaian laba bersih sulit dikejar, dari 2020 hingga sekarang rugi kami signifikan, performa juga sulit. Meski demikian penyelesaian proyek apalagi program kerja pemerintah kami bisa selesaikan,” tegasnya.
Dia menegaskan berbagai program pemerintah menjadi prioritas utama perusahaan, meski di tengah masa restrukturisasi ini. Pemerintah pun menurutnya selalu mendukung Waskita Karya, termasuk dengan pendanaan dengan PMN dan fasilitas penjaminan. Selain itu, pemerintah juga mendapatkan kontrak-kontrak baru dari berbagai target pembangunan proyek strategis.
Ke depan, WSKT akan memprioritaskan transformasi bisnis secara berkelanjutan. Dia menyebut di internal akan memprioritaskan proyek-proyek low risk dan harus jelas pemberi kerja ada finansial close.