Proyek hilirisasi nikel menyumbang kenaikan nilai ekspor. Salah satu proyek kebanggaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu berkontribusi terhadap ekspor yang tembus Rp 510 triliun.
“Seperti dikatakan Pak Menko Luhut Binsar Pandjaitan sekarang sudah US$ 34 miliar nilai dari ekspor nikel kita, dari yang sebelumnya Rp 33 triliun melompat jadi kira-kira Rp 510 triliun,” ungkap Presiden Jokowi dalam peresmian pabrik bahan anoda baterai lithium milik PT Indonesia BTR New Energy Material, di Kendal, Jawa Timur, beberapa waktu yang lalu.
Dalam kesempatan itu, dia juga menyinggung kebijakannya menyetop ekspor bijih nikel ke luar negeri. Bukan hanya pro, namun banyak yang tak setuju dengan jalan yang ditempuh Jokowi kala itu.
Bahkan Indonesia sempat digugat oleh Uni Eropa (UE) di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO). Namun Jokowi menegaskan tetap teguh karena Indonesia merupakan negara yang berdaulat.
“Dan kita kalah. tapi saya sampaikan negara ini adalah negara yang berdaulat, kepentingan nasional adalah segala-galanya buat kita. Tidak bisa kita didikte oleh siapapun,” terang Jokowi.
Sekarang, Jokowi menambahkan Indonesia sudah mulai mengembangkan industri dari kendaraan listrik. Jalan tersebut mewujudkan impian memiliki ekosistem kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi.
“Smelter nikel dan turunannya di Morowali, di Weda Bay dan lokasi-lokasi lainnya sudah mulai berjalan. Yang kedua di Agustus dan September smelter dari Freeport dan Amman Mineral di Sumbawa dan Gresik juga sudah akan berproduksi,” jelas Jokowi.
Selain itu ada juga bauksit di Mempawah Kalimantan Barat (Kalbar). Targetnya mulai percobaan produksi pada bulan depan.
“Kalau semuanya jadi, ekosistemnya akan terbangun, kita akan bisa masuk ke global supply chain yang akan memberikan nilai tambah yang besar baik masalah rekrutmen, tenaga kerja maupun pertumbuhan ekonomi kita,” tambahnya.
Jokowi juga menyebutkan soal pabrik bahan anoda baterai lithium yang diresmikannya pada Juli lalu. Dia menghargai kecepatan pembangunan pabrik milik PT Indonesia BTR New Energy Material.
“Saya sangat menghargai kecepatan pembangunan pabrik ini. Baru 10 bulan yang lalu kita tandatangan di Beijing. Tau-tau pabriknya sudah jadi. Ini yang namanya kecepatan dan negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat dan kita sekarang sudah jadi negara yang cepat,” ucapnya.