MRT Jakarta prioritaskan revitalisasi kawasan bersejarah untuk Fase 2A

MRT Jakarta prioritaskan revitalisasi kawasan bersejarah untuk Fase 2A

PT MRT Jakarta (Perseroda) mengambil pendekatan berbeda dalam pengembangan kawasan berorientasi transit (TOD) di jalur Fase 2A dengan memprioritaskan revitalisasi aset-aset bersejarah di kawasan Glodok hingga Kota Tua, alih-alih membangun area komersial baru.

Direktur Pengembangan Bisnis PT MRT Jakarta (Perseroda) Farchad Mahfud, dalam MRTJ Fellowship Program 2025 di Jakarta, Kamis, mengatakan revitalisasi aset-aset tersebut bertujuan untuk menjadikan dua kawasan tersebut sebagai destinasi wisata yang hidup dan berkelas dunia.

Menurut Farchard, TOD di kawasan ini adalah yang paling unik. Proyek ini dipersiapkan untuk menyambut pengoperasian Stasiun MRT Kota yang dijadwalkan pada 2029.

“Ini adalah persaingan untuk bagaimana merevitalisasi aset-aset yang sudah ada, yang sudah indah tidak perlu diapa-apakan,” ujar Farchad.

“Jadi teman-teman enggak perlu ke luar negeri untuk mendapatkan pemandangan yang bagus-bagus itu. Cukup naik MRT, turun di Stasiun Kota,” kata dia menambahkan.

Farchad menjelaskan konsep utama pengembangan TOD ini adalah mengubah kawasan tersebut menjadi pusat destinasi pejalan kaki. Ruas jalan dari Pantjoran Tea House di Glodok hingga Stasiun Kota akan direvitalisasi.

Bahkan, MRT mengusulkan agar hanya Transjakarta bertenaga listrik yang diperbolehkan melintas, sehingga menciptakan lingkungan bebas polusi yang nyaman.

Di sisi Glodok, meski pembangunan gedung tinggi masih mungkin dilakukan, Farchad menyebut area pejalan kaki akan tetap menjadi ciri khas utama.

Revitalisasi ini bertujuan menghidupkan kembali aset-aset bersejarah yang selama ini belum dimanfaatkan, mengubah Kota Tua menjadi kawasan yang ramai dengan aktivitas.

“Kami akan dekati satu per satu. Untuk kami ubah dan fungsikan dengan baik,” ucap dia.

Dalam pelaksanaannya, MRT Jakarta menggunakan strategi “aset per aset”. Pendekatan ini dipilih karena dianggap lebih efisien dari sisi biaya dan lebih mudah dalam penanganan masalah.

“Kami tidak bisa membangun satu kawasan penuh dengan effort dan biaya yang besar. Lebih baik kita asset by asset,” kata Farchad.

Menurut Farchad, strategi ini juga memungkinkan perusahaan untuk memahami persoalan di setiap aset dan kawasan secara lebih mendalam sebelum melangkah ke proyek yang lebih besar.

slot online