Membidik kembali prestasi lari Indonesia di panggung Asia

Membidik kembali prestasi lari Indonesia di panggung Asia
Arsip foto – Pelari Kalimantan Selatan Dina Aulia (tengah) beradu kecepatan dengan pelari DKI Jakarta Emilia Nova (kiri) dan pelari Jawa Barat Devi Aprilian (kanan) pada final nomor lari gawang 100 meter putri PON XXI Aceh-Sumut di Stadion Madya Atletik Sumut Sport Centre, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (12/9/2024). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa/aa.

Tahun 1962 menjadi yang tak terlupakan bagi insan atletik Indonesia kala pelari Mohammad Sarengat menaklukkan lintasan di arena Asian Games yang digelar di Jakarta.

Di hadapan pekikan semangat pendukung tuan rumah yang bergemuruh di Stadion Utama Senayan (nama Stadion Gelora Bung Karno ketika itu), Sarengat melesat begitu cepat melalui lintasan sejauh 100 meter hingga mencapai finis pertama dengan waktu 10,4 detik.

Pelari Banyumas, Jawa Tengah, itu mempersembahkan medali emas untuk Merah Putih yang mengantar dia menjadi atlet Indonesia pertama yang meraih emas di ajang Asian Games.

Di panggung kompetisi yang sama, Sarengat juga mencengkeram sabuk emas lari gawang 110 meter dengan waktu 14,3 detik.

Sejak saat itu, Sarengat dijuluki “pelari tercepat di Asia”, sebuah julukan yang menancapkan dominasi olahraga lari Indonesia di level Asia.

Prestasi manis itu bak api yang membakar semangat atlet-atlet setelahnya. Muncullah nama Purnomo Muhammad Yudhi yang bertekad sesukses idolanya Sarengat.

Olimpiade Los Angeles 1984 menjadi puncak prestasi Purnomo setelah setahun sebelumnya menjadi satu-satunya wakil Asia yang melangkah ke final 100 meter putra World Championship di Helsinki, Finlandia, dan merebut emas di nomor 100 meter dan 200 meter dalam Asian Athletics Championships.

Di Los Angeles, atlet kelahiran Puwokerto, Jawa Tengah, itu memang tidak meraih medali, namun berhasil memecahkan rekor Sarengat dengan perolehan 10,3 detik.

Setelah Purnomo, atletik Indonesia terus mengumpulkan pundi-pundi prestasi terutama dari nomor lari jarak pendek melalui Afdiharto Mardi Lestari dari Binjai, Sumatera Utara, Suryo Agung Wibowo dari Solo, Jawa Tengah, hingga saat ini di genggaman Lalu Muhammad Zohri dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Banyak prestasi sudah terapai di berbagai kejuaraan, namun di ajang Asian Games, belum ada pelari Indonesia yang mengikuti jejak Sarengat.

Pengurus Besar Persatuan Atletik Indonesia (PB PASI) menyadari bahwa berprestasi di ajang Asian Games adalah etape penting sebelum berbicara lebih jauh tentang Olimpiade.

Mengembalikan kejayaan di panggung Asia bukan perkara mudah. Di era olahraga modern, semua negara berlomba menerapkan sumber daya terbaik untuk menyiapkan atlet-atlet terbaik

Indonesia tentu tidak mau jadi penonton di tengah persaingan. Tetap ada ambisi besar yang sudah ditanamkan untuk memetik kembali kisah manis 63 tahun silam.

Standar prestasi naik

Atletik Indonesia telah berulang kali mencatatkan prestasi di level regional dalam ajang SEA Games.

Dalam perhelatan terbaru multi cabang olahraga terbesar se-Asia Tenggara di Kamboja pada 2023, atletik Indonesia mencatat lonjakan prestasi dengan memborong 19 medali (tujuh emas, tiga perak, sembilan perunggu) untuk kontingen Merah Putih.

Cabang lari mendominasi perolehan emas yang diraih Rikki Simbolon dalam nomor lari 10.000 meter, Tim Estafet 4×100 meter Indonesia (Lalu Muhammad Zohri, Wahyu Setiawan, Bayu Kertanegara, dan Sudirman Hadi), serta Agus Prayogo dan Odekta Naibaho yang mengawinkan emas maraton putra dan putri.

link slot 777