Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup cerah bergairah pada perdagangan Rabu (14/8/2024), di tengah respons positif pelaku pasar global terkait data inflasi produsen Amerika Serikat (AS) periode Juli 2024 yang lebih baik dari ekspektasi.
IHSG ditutup melesat 1,08% ke posisi 7.436,04. IHSG pun berhasil mencetak rekor terbarunya pada hari ini, di mana rekor terakhir IHSG terbentuk pada perdagangan 14 Maret lalu.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 11 triliundengan melibatkan 17miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 333 saham terapresiasi, 241 saham terdepresiasi, dan 220 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor konsumer non-primer menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 3,42%.
Dari sisi saham, emiten energi baru terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 16 indeks poin.
IHSG berhasil ditutup bergairah hingga menyentuh rekor tertinggi barunya, setelah data inflasi produsen AS pada periode Juli 2024 dirilis dan angkanya lebih baik dari ekspektasi pasar sebelumnya.
Indeks harga produsen (producer price index/PPI) untuk permintaan akhir naik tipis 0,1% pada Juli lalu, setelah naik 0,2% tanpa revisi pada Juni 2024, berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS.
Angka ini lebih baik dari ekspektasi pasar sebelumnya. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PPI naik 0,2%. Dalam 12 bulan hingga Juli, PPI meningkat 2,2% setelah naik 2,7% pada Juni.
Harga produsen AS meningkat kurang dari yang diharapkan pada Juli karena biaya jasa turun paling banyak dalam hampir sekitar satu tahun di tengah tanda-tanda menurunnya daya penetapan harga untuk bisnis, bukti memudarnya tekanan inflasi yang memperkuat harapan penurunan suku bunga bulan depan.
Harga jasa turun 0,2%, penurunan terbesar sejak Maret 2023, setelah naik 0,4% pada Juni. Penurunan tersebut mencerminkan penurunan 1,3% dalam jasa perdagangan, yang mengukur perubahan margin yang diterima oleh pedagang grosir dan pengecer, penurunan terbesar untuk kategori tersebut sejak Februari 2015. Margin perdagangan naik 1,4% pada Juni.
Setelah dirilisnya data inflasi produsen yang lebih baik dari ekspektasi pasar, saat ini pasar masih menanti rilis data indeks harga konsumen (IHK) AS periode Juli 2024 yang akan dirilis malam nanti waktu Indonesia.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi AS tahunan akan turun 0,1 basis poin menjadi 2,9% (year-on-year/yoy) pad Juli 2024, dari sebelumnya 3% pada Juni lalu (yoy).
Sementara AS akan mengalami inflasi secara bulanan menjadi 0,2% setelah sebelumnya deflasi 0,1%. Inflasi inti AS diperkirakan akan menjadi 3,2% yoy dibanding bulan sebelumnya 3,3% yoy.
Kedua data ini dinilai penting dalam mempertimbangkan kebijakan moneter bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang akan diumumkan pada September. Para pelaku pasar meyakini akan ada pemangkasan suku bunga pada pertemuan bulan tersebut.
Pasar keuangan mengantisipasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 hingga 50 basis poin (bp) pada September, diikuti oleh pemangkasan serupa pada pertemuan November dan Desember.
Berdasarkan perangkat Fedwatch, peluang The Fed memangkas suku bunga pada Desember sangat besar. Bahkan lebih besar kemungkinan bank sentral AS itu menurunkan suku bunga sebanyak 50 basis poin menjadi 4,75% – 5,00% sebesar 51,5% dari saat ini 5,25%-5,50%.
Setelah September, pada dua pertemuan berikutnya pasar meyakini The Fed kembali memangkas suku bunganya. Sebesar 25 basis poin pada pertemuan November dan 25 basis poin pada Desember. Sehingga pada akhir tahun suku bunga The Fed berada di 4,25%-4,50%.
The Fed telah mempertahankan suku bunga acuannya dalam kisaran 5,25%-5,50% saat ini selama setahun, setelah menaikkannya sebesar 525 basis poin pada tahun 2022 dan 2023.