
Di lobi penerima tamu Hotel Muji di kompleks Beijing Fun di pusat kota Beijing, pengunjung asal Belanda bernama Guido Langendoen baru saja membayar es krim menggunakan WeChat Pay.
“Saya tidak membawa banyak uang tunai,” ujar Langendoen, seraya menambahkan bahwa sistem pembayaran seluler telah terbukti bisa diandalkan di mana pun dia pergi.
Ini merupakan kunjungan pertama Langendoen ke China. “Setelah penerbangan malam yang melelahkan kemarin, kami akhirnya bisa mulai menjelajahi kota ini yang kaya akan warisan sejarah,” tuturnya.
Karena Beijing Fun terletak di pusat kota, Langendoen dan keluarganya memutuskan untuk mengunjungi kompleks itu terlebih dahulu, menunda kunjungan ke tempat-tempat wisata utama, seperti Kota Terlarang, untuk dilakukan kemudian di hari yang sama.
Langendoen termasuk di antara semakin banyaknya wisatawan domestik dan mancanegara yang tertarik pada perpaduan unik antara budaya dan perdagangan yang ditawarkan oleh kompleks Beijing Fun.
Terletak di samping Poros Tengah Beijing, yang pada tahun lalu telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, Beijing Fun berkembang menjadi landmark budaya dan model percontohan renovasi perkotaan sejak dibuka pada 2018.
Beijing memiliki banyak sekali bangunan dan jalan setapak yang telah direnovasi, mulai dari desain arsitekturnya hingga perencanaan bisnisnya. “Seluruh area ini mempertahankan struktur asli ‘hutong’ sekaligus memadukan elemen-elemen arsitektur kontemporer,” kata Zhang Chen, yang bertanggung jawab atas promosi Beijing Fun. “Desain ini mencerminkan harmoni dalam keberagaman.”
Di pusat Beijing Fun terdapat bangunan bersejarah Quanyechang, yang pernah berfungsi sebagai pusat perbelanjaan dan didirikan pada periode akhir Dinasti Qing (1644-1911). Pada 2006, lokasi asli Quanyechang ditetapkan sebagai bagian dari apa yang sekarang menjadi situs sejarah dan budaya yang mendapatkan perlindungan tingkat nasional. Saat ini, bangunan berusia satu abad itu berfungsi sebagai pusat seni dan budaya.
Selain daya tarik sejarahnya, Beijing Fun mewakili budaya konsumen yang dinamis, menarik semakin banyak merek ternama sehingga memperkaya penawaran wisata budayanya. Area tersebut telah menjadi pusat bagi perusahaan-perusahaan kreatif — mulai dari inovator seni dan desain hingga merek gaya hidup — yang menawarkan pengalaman konsumen yang beragam.
Tidak jauh dari Quanyechang, toko buku PAGEONE menarik pembaca dari segala usia dengan tata letak multi-lantai yang sempurna untuk membaca-baca dan bersantai. Sebuah bagian khusus menampilkan buku-buku tentang Poros Tengah Beijing dan budaya tradisional, serta memamerkan kartu pos bertema, suvenir, dan cendera mata budaya lainnya.
“Kami ingin memberikan lebih dari sekadar pengalaman berbelanja di toko buku,” kata Liu Di, manajer pemasaran PAGEONE. Toko tersebut menciptakan sebuah platform budaya yang melibatkan masyarakat melalui berbagai kegiatan, seperti beranda sastra, acara penandatanganan buku, pemutaran film, lokakarya seni, dan sesi mendengarkan piringan hitam, tambah Liu.
Menurut Zhang, Beijing Fun bukan hanya pusat perbelanjaan, melainkan juga sebuah area tempat orang dapat menjelajahi gaya hidup baru dan pengalaman budaya yang imersif. Sejak dibuka, Beijing Fun telah menggelar hampir 1.000 acara budaya publik, pertukaran internasional, dan pertunjukan.
“Dengan menyelenggarakan berbagai acara pop-up serta pasar budaya dan kreatif, kami berupaya membangun destinasi gaya hidup yang memadukan perdagangan, warisan budaya, dan pengalaman,” kata Zhang.
Beijing Fun tahap kedua direncanakan akan dibuka pada tahun ini, dengan menawarkan lebih banyak pengalaman interaktif, termasuk yang berkaitan dengan eksplorasi kekayaan intelektual (intellectual property/IP) bertema kota, gaya hidup sehat, dan ruang seni yang trendi.
Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing telah menggabungkan pendekatan persuasif (soft power) budaya dengan perencanaan kota. Sebagai bagian penting dari integrasi antara masyarakat, kota, dan industri, berbagai landmark budaya maupun komersial, seperti Beijing Fun, telah menjadi mesin pendorong bagi pengembangan berkualitas tinggi dan pusat-pusat baru yang dinamis untuk konsumsi budaya di ibu kota China itu.
Seiring makin meluasnya kebijakan perjalanan bebas visa yang diterapkan China, negara itu kian menjadi pusat global untuk pariwisata dan budaya. Dengan memanfaatkan lokasi yang strategis dan penawaran yang kaya, berbagai landmark baru tersebut memberikan jendela bagi pengunjung untuk melihat China yang sesungguhnya dan menunjukkan bagaimana kota-kota tua dapat menceritakan kisah-kisah baru.