Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga turun dari level 7.000 walaupun bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve atau The Fed.
Berdasarkan data Refinitiv IHSG berada di 6.991,84 pada perdagangan sesi pertama, Kamis (19/12/2024), turun 1,63% dari posisi penutupan sebelumnya.
Beberapa analis pun menjelaskan kenapa pasar saham Indonesia mengalami penurunan drastis hingga hari ini. Jika performa negatif berlangsung, IHSG akan mencatatkan penurunan selama enam haru beruntun.
Senior Ekonom BCA Barra Kukuh Mamia menjelaskan salah satu faktor IHSG yang longsor adalah hasil dari pertemuan The Fed yang dinilai hawkish.
“Sepertinya memang hasil FOMC kemarin, sekalipun cut, dinilai hawkish ya. Jadi pasar posturnya sangat risk-off, cari aman, beli USD dan yields naik,” ungkap Kukuh kepada CNBC Indonesia , Kamis (19/12/2024).
Kukuh juga mengungkapkan IHSG pada akhir tahun sepertinya tidak akan berbeda jauh dari posisi saat ini.
Sementara Head of Equity Trading Mitra Andalan Sekuritas (Mitra Pemasaran Mandiri Sekuritas) Arwendy Rinaldi Moechtar mengungkapkan IHSG akan berat untuk mencapai level 7.500 lebih pada akhir tahun.
“Kemungkinan gagal ke area 7500 – 8000. Kalo saya melihat kemungkinan IHSG akan di uji area support di 7000. kalo pun naik dengan hari transaksi sudah sedikit kemungkinan 7.500,” ungkap Arwendy kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/12/2024).
“(IHSG) 7.500 pun kelihatannya berat,” pungkas Arwendy,
Arwendy menilai pasar saham Indonesia diliputi oleh pesimisme investor yang terlihat dari derasnya dana asing yang keluar.
“Asing flow out dananya. Kebijakan pemerintah kaya pajak dan lainnya semakin memberatkan kondisi,” ungkap Arwendy.
Analis Senior Investment Information Mirae Nafan Aji Gusta mengatakan IHSG bisa mencapai ke 7.500-an sebagai level resisten dengan support 6.895 hingga 6.655.
“Bila IHSG break below 6.895, maka terdapat perkiraan wave C support yakni pada 6.655. Otherwhise, IHSG bisa kembali ke major resistance baik pada 7325 hingga 7531 bila sentimen positif kembali strong,” ungkap Nafan kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/12/2024).