Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melesat hingga 1% pada perdagangan sesi II Jumat (22/11/2024), di tengah masih bervariasinya sentimen pasar global pada hari ini.
Per pukul 14:21 WIB, IHSG melesat 1,03% ke posisi 7.214,81. IHSG kembali ke level psikologis 7.200 pada sesi II hari ini.
Nilai transaksi indeks pada sesi II hari ini sudah mencapai sekitar Rp 6,2 triliun dengan volume transaksi mencapai 16 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 673.009 kali.
IHSG berhasil melesat di tengah sikap investor yang masih mencerna data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang cukup positif. Selain itu, investor juga menanti rilis data aktivitas manufaktur Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis malam nanti waktu Indonesia.
Sebelumnya kemarin, Bank Indonesia (BI) mengumumkan kinerja NPI pada triwulan III 2024 yang membaik sehingga mampu mendukung ketahanan eksternal. NPI pada kuartal III 2024 mencatat surplus sebesar US$ 5,9 miliar, dari sebelumnya defisit sebesar US$ 0,6 miliar pada triwulan II 2024.
Surplus NPI ditopang oleh surplus neraca transaksi modal dan finansial yang meningkat serta defisit neraca transaksi berjalan yang lebih rendah.
Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa meningkat dari sebesar US$ 140,2 miliar pada akhir Juni 2024 menjadi sebesar US$ 149,9 miliar pada akhir September 2024, atau setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI juga melaporkan penurunan defisit neraca transaksi berjalan. Pada kuartal III-2024, neraca transaksi berjalan mencatat defisit sebesar US$ 2,2 miliar (0,6% dari PDB), lebih rendah dibandingkan dengan defisit sebesar US$ 3,2 miliar (0,9% dari PDB) pada kuartal II-2024.
Kinerja neraca transaksi berjalan ditopang oleh surplus neraca perdagangan barang nonmigas yang berlanjut, didukung oleh pertumbuhan ekspor nonmigas seiring dengan kenaikan harga komoditas, di tengah impor yang tumbuh lebih tinggi sejalan meningkatnya aktivitas ekonomi domestik.
Defisit neraca jasa menyempit didorong oleh meningkatnya surplus jasa perjalanan seiring naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Defisit neraca pendapatan primer juga menurun dipengaruhi oleh lebih rendahnya pembayaran imbal hasil investasi kepada investor nonresiden.
Selain itu, peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder yang didorong oleh penerimaan remitansi turut mendukung kinerja neraca transaksi berjalan.
Sementara itu dari AS, jelang akhir pekan, data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager’s Index (PMI) periode November 2024 akan dirilis.
Sebelumnya, PMI Manufaktur Flash AS Global S&P direvisi lebih tinggi menjadi 48,5 pada Oktober 2024 dari awal 47,8 dan setelah level terendah 15 bulan di 47,3 pada September.
Hal ini menunjukkan sektor manufaktur AS masih dalam wilayah kontraksi tetapi ada beberapa tanda-tanda penurunan mereda.
Tekanan inflasi mereda, dengan biaya input meningkat pada laju paling lambat dalam hampir setahun dan inflasi harga output juga mereda.
Sementara itu, waktu pengiriman pemasok diperpanjang untuk pertama kalinya dalam tiga bulan di tengah penundaan yang secara luas terkait dengan gangguan terkait badai.