5 Saham Ini yang Bikin IHSG Ambruk

Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/8/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau ambruk lebih dari 1% pada perdagangan sesi I Senin (30/9/2024), melanjutkan koreksinya yang sudah terjadi dua hari terakhir.

Per pukul 10:15 WIB, IHSG ambruk 1,25% ke posisi 7.601,05. IHSG sempat terkoreksi ke level psikologis 7.500, kemudian berhasil memangkas koreksinya kembali ke 7.600-an.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 4,8 triliun dengan melibatkan 8,8 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 546.441 kali. Sebanyak 164 saham menguat, 348 saham melemah dan 252 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi yang paling parah koreksinya dan menjadi penekan terbesar IHSG yakni mencapai 1,3%.

Sementara dari sisi saham, dua emiten perbankan raksasa dan satu emiten energi baru terbarukan (EBT) konglomerasi Prajogo Pangestu menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini.

Adapun ketiga saham tersebut yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), di mana ketiganya menekan IHSG masing-masing 15,8 indeks poin, 13 indeks poin, dan 9,4 indeks poin.

Berikut saham-saham penahan koreksi IHSG pada sesi I hari ini.

IHSG ambruk lebih dari 1% di tengah sikap investor yang menanti rilis data ekonomi terbaru Indonesia, salah satunya yakni data inflasi periode September 2024.

Pada Selasa besok, data indeks harga konsumen (IHK) Indonesia periode September 2024 akan dirilis. Konsensus pasar memperkirakan secara tahunan (year-on-year/yoy), Indonesia masih mengalami inflasi tetapi cenderung kembali turun yakni mencapai 2%.

Namun secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK Indonesia diprediksi masih mengalami deflasi tetapi cenderung membaik sedikit yakni menjadi 0%.

Sementara IHK inti diprediksi sedikit membaik yakni 2,1%.

Sebelumnya pada Agustus lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan IHK menunjukkan pelandaian dan di bawah ekspektasi konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.

Secara tahunan, IHK RI masih naik atau mengalami inflasi sebesar 2,12% (yoy) pada Agustus 2024 atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat 2,13% (yoy). Namun secara bulanan IHK turun tercatat mengalami deflasi sebesar 0,03% (mtm).

Deflasi empat bulan berturut-turut secara bulanan ini pertama kali terjadi sejak 1999 atau 25 tahun terakhir. Artinya, selama Era Reformasi, Indonesia baru mengalami deflasi empat bulan beruntun.

Deflasi Indonesia selama empat bulan berturut-turut juga menjadi kekhawatiran tersendiri. Pasalnya, deflasi empat bulan berturut-turut semakin menegaskan sinyal pelemahan daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak stabil saat ini.

Sebagai catatan, pada 1999 deflasi pernah terjadi dalam delapan bulan beruntun yakni pada Maret (-0,18%), April (-0,68%), Mei (-0,28%), Juni (-0,34%), Juli (-1,05%), Agustus (-0,71%), September (-0,91%), dan Oktober (-0,09%).

Perlu dicatat jika kondisi ekonomi Indonesia pada saat itu sedang carut-marut karena krisis pada 1997/1998.

Untuk Agustus 2024, penyumbang deflasi terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau dengan deflasi 0,52% dan andil deflasi 0,15%.

Secara historis, IHK Indonesia lebih kerap mencatat inflasi dibandingkan deflasi. Catatan deflasi biasanya hanya terjadi sebulan kemudian diikuti dengan inflasi pada bulan berikutnya.

https://push-agency.net/
https://dronetechroofing.com/
https://modernjewishhome.com/
https://pafitanjungbalai.info/
https://heylink.me/KASS138/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*